ILMU BUDAYA DASAR
Manusia dan kegelisahan
KHRESNA IMANIA PUTRA
1IA10
55414883
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya
tak lepas dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah mengalami
kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit
batin, penyakit ini dapat menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan bangsa
apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas.
Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang
yang mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang
yang pernah mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk
dituntut. Begitu pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan
sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti
akan dilanda perasaan gelisah.
Kegelisahan
merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan
karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak
sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya
sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun
terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan
dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa
pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita
kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.
Kegelisahan yang
sering terjadi pada manusia adalah disaat seseorang pernah melakukan sebuah
perbuatan buruk. Hal ini lah yang membuat seseorang mengalami kegelisahan.
Hatinya tidak tenang, dia merasa cemas. Karena terlalu memikirkan perbuatan
buruk yang sudah dilakukannya. Akhirnya orang tersebut terlihat murung,
menyendiri dan merasa kesepian dan terasing. Oleh karena itu, kami kelompok 7
membuat makalah Ilmu Budaya Dasar tentang “Manusia dan Kegelisahan”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami
bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian
kegelisahan?
2. Apakah faktor penyebab
terjadinya kegelisahan?
3. Bagaimana cara
mengatasi kegelisahan?
4. Apa saja bentuk –
bentuk kegelisahan?
C. Tujuan
Berikut tujuan disusunnya makalah ini
antara lain:
1. Untuk mengetahui
pengertian kegelisahan
2. Untuk mengetahui
penyebab terjadinya kegelisahan
3. Untuk mengetahui cara
mengatasi kegelisahan
4. Untuk mengetahui
bentuk – bentuk kegelisahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah
artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir, tidak
dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan sebagainya.
Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya,
artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik. Rasa gelisah ini
sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia yang gelisah itu
dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia suatu saat
dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup lama akan
menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Manusia selama ini seringkali tenggelam dalam
kegelisahan. Berbagai penyebab kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian
manusia, dan sayangnya banyak yang tidak menyadari betapa mengganggunya
kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh
kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan
ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan
yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya
jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa
tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita
sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak
terlatih. Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak
sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejala universal
yang ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat diketahui dari
gejala tingakah laku atau gerak – gerik seseorang dalam situasi tertentu. Jadi,
kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai manifestasi dari perasaan tidak
tenteram, khawatir, ataupun cemas.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala
tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala gerak
gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan
mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk merenung
sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan
lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan
atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi
dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan
tidak tercapai.
Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan manusia
untuk dapat mengetahui hal-hal yang akan datang atau yang belum terjadi. Hal
ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan, atau adanya ancaman. Manusia
gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang telah dilakukan),
takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan spiritual), takut akan
kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut menghadapi keadaan masa depan (yang
tidak disukai). Sedangkan sumber kegelisahan berasal dari dalam diri manusia
(internal) misalnya rasa lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia
(eksternal) misalnya kegelisahan karena diancam seseorang.
Penyebab lain kegelisahan karena adanya kemampuan
seseorang untuk membaca dunia dan mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang
menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa
mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang
tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa
kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut
kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa mengetahui apa penyebabnya.
Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian,
ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan
kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Tentang perasaan
kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
1. Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan ini
mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya
pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh :
Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya.
Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir
seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang
baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang
air. Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus
dirawat di rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi
ibunya harus meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib
anaknya. Pada contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang
diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya bahaya dari luar yang mengancam
anaknya.
2. Kegelisahan Neurotik (Saraf)
Kegelisahan ini
berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa terancam atau
mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak
diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh
suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya:
Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang pada malam mereka
tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian akhir.
3. Kegelisahan moral
Kegelisahan ini
mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu dalam
ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini
timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau
tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka
melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu
adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka
tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya:
Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait
merasa gelisah.
B. Faktor Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab
kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan yang
diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul dari diri
penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan berpengaruh dalam
semua aspek keberadaan manusia sampai akhir hayatnya. Faktor penyebab
kegelisahan antara lain:
a. Dari Dalam
Faktor kegelisan dari dalam diri
seseorang antara lain:
1. Cinta Diri
Kecintaan
seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah
berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan
berbagai macam penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud
cinta diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri
sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu,
sehingga ia tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
2. Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa
hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan
muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari
(mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang
was-was juga akan muncul dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat
malu merupakan salah satu diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang
pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita
membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan
tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was.
Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya
merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan
akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam
mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6. Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa
dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan
kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa
menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan
keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama
darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.
b. Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was diakibatkan
oleh faktor sosial dimana kita dapat melihat sebagian gejalanya ketika
seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang lain dan selalu
mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak mewarisinya dari
ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku orang lain dan taklid
terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman dengan segala penderita
penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi yang dibencinya dan
membantu proses transfer penyakit tersebut dari satu orang kepada orang lain.
C. Cara Mengatasi Kegelisahan
Cara yang digunakan dalam mengatasi kegelisahan:
· Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama
kita menanyakan pada diri kita sendiri (instropeksi),akibat yang paling buruk
yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal
itu terjadi,apa penyebabnya dan sebagainya.
· Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri
kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna
dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk
memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan
tersebut dalam jiwa kita.
· Berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh
sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia mau mengabulkan permohonan kita dari
perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah yang paling Maha Pemurah,Maha
Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi umatnya yang mau berdoa dan
memohon kepadaNya
D. Bentuk-bentuk kegelisahan
Bentuk bentuk kegelisahan antara lain:
a) Keterasingan
Keterasingan
berasal dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari
pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan
berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari
yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah
keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian
dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun
memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal
perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami
keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh
: Murni gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul. Kawannya banyak dan hilir
mudik bergantian datang dan mengajak pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia
mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah menampakkan diri dan tak ada
kawan yang hilir mudik datang berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan
diri di kamar, malu keluar. Ia hidup dalam keterasingan.
· Sebab – sebab keterasingan
Bila kita
memperhatikan contoh Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya, hidup
menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi,
sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
Ø Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat,
antara lain mencuri, bersikap angkuh atau sombong.Sikap dan perbuatan seseorang
tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat
yang beragam seperti masyarakat kita ini, bilamana ketidaksesuaian ini
berkembang bisa diduga akan timbul jarak antara orang satu dengan lainnya.
Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran seseorang menampakkan sikap dan
perbuatan yang di mata orang lain negatif seperti misalnya sombong,
menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah, dan semacamnya.Sikap
yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka
berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang
segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu, sebab takut terjadi
konflik batin atau konflik fisik.
Ø Sikap rendah
diri.
Sikap rendah
diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau
merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau
kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi,
bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri,
tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara
lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya,
dan karena kesalahan perbuatannya.
a. Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik
tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun,
seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau
cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai,
hidup dalam keterasingan.
b. Keterasingan karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat
atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan
tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun
dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya
seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan
kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
c. Keterasingan karena rendah pendidikan
Banyak juga
orang yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat
mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak
pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang
berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit
menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut
jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan
tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak
pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.Contoh :
Akil yang merasa
berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu.
Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum
pernah didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah
dengan mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari
mereka. Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.
d. Keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa
hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat
orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat.Contoh :
Selama ini Tn.
Adi terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal
siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba
tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan
adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada
undangan tidak pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam
keterasingan.
Ø Takut kehilangan hak.
Contoh
: Oyong mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar menantang orang dan
mengajaknya berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah
musyawarah, akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya, sehingga
ia terasing dari pergaulan. Jadi, bila kita
renungkan, orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan haknya.
Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa
lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia segera
mengajaknya berkelahi.
Ø Kerinduan.
Kadang-kadang
keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik
terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah
satu hal yang wajar apabila seseorang yang berada jauh dari keluarga akan
merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang
demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa terasing,
kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.
· Usaha-usaha untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan
biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau
karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini
diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap
semua yang mereka lakukan adalah benar. Lain halnya dengan orang yang
rendah diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya.
Untuk meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan
itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya
menjadi biasa.
b) Kesepian
Kesepian berasal
dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau
kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan
sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi. Contoh :
1. Setelah anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah
sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.
2. Setelah tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan
tampak sepi. Orang-orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun tak
kedengaran.
3. Karena pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul,
ditambah keadaan hari itu hujan lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi,
tamu kurang sekali.
Setiap orang
pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama
atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus
penyebabnya.
· Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam
penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang
frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka
bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri. Contoh :Pangeran
Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan,
keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan
diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan istana dan pergi ke
hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.
Bila kita
perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa,
tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan
antara keduanya hanya terletak pada sebab akibat. Kesepian merupakan
akibat dari keterasingan dan keterasingan sebagai akibat sombong, angkuh, kaku,
keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang
dijauhi itu hidup terasing, terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka
merasa kesepian.
c) Ketidakpastian
Ketidakpastian
berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua,
atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu
semua akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu
disebabkan oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan
pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap
orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah
mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis
kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak
ayam yang kehilangan induknya.
· Sebab sebab
ketidakpastian
Menurut Siti
Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang
tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi merupakan
gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang
terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab
lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang
yang ingin menjatuhkan dia. Contoh :Seorang pedagang yang maju pesat, pada
suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin menjatuhkannya. Pikirannya itu
semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia mengalami kerugian.
2. Phobie
Phobie adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan atau tidak
normal terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa diketahui
sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang takut terhadap tempat yang
tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki. Sesampainya di
puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3. Kompulasi
Kompulasi ialah adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah
dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali. Contoh :Keinginannya
mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak bermanfaat baginya,
dan ia mampu andaikata ingin membelinya.
4. Histeria
Histeria ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan,
pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri,
atau sugesti dari sikap orang lain. Contoh : Neneng, seorang gadis
yang cukup manis, suatu hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang
gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan
setibanya di rumah dia beteriak histeris.
5. Delusi
Menunjukan
pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat
memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
· Delusi persekusi : menganggap adanya keadaan yang
jelek di sekitarnya. Akibatnya, banyak orang menjauhinya.
· Delusi keagungan : menganggap dirinya orang penting
dan besar. Orang seperti ini biasanya gila hormat dan menganggap orang di
sekitarnya tidak penting. Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama
dengan delusi persekusi.
· Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan
berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium
tremens., hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia
kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu
yang belum pernah dialami..
6. Halusinasi
Khayalan yang
terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat
digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga
berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk
atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat
tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak
pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya
itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri). Contoh
:Atang memang seorang peminum. Bila sedang marah, ia makin banyak minumnya
sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak menentu.
7. Keadaan emosi
Dalam keadaan
tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah
menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan,
pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah.
Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam
gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat
pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah,
resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung
menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan
baik.
Untuk mengatasi atau menghilangkan pikiran yang kacau
itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui penyebabnya, namun
kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu diajak ke psikolog.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan mengenai MANUSIA dan
KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada bab terdahulu, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap manusia,
dengan tidak memperdulikan segala latar belakang dan kemampuannya, pasti
akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relative ringan ataupun berat.
Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia mempunyai hati dan
perasaan.
Berbicara tentang manusia, berbicara pula tentang
media tempat manusia hidup yaitu Dunia. Untuk bisa memahami hakikat manusia
maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan manusia didunia.
Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas
aspek-aspek yang membentuk manusia. Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat
dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan .sumber dari
kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini
akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik yang juga memunculkan
ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan.
Adapun bentuk-bentuk
kegelisahan berupa keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian mempunyai
hubungan yang erat dan mempengaruhi satu sama lain. Keterasingan dalam satu dan
lain kesempatan bisa membuahkan kegelisahan. Dan sebaliknya, kegelisahan yang
begitu hebat bisa saja menimbulkan keterasingan. Kemudian dari keterasingan
yang dialami seseorang bisa saja menciptakan kondisi kesepian dan karena
kesepian itupun bisa saja menimbulkan ketidakpastian. Keterasingan bisa jadi
merupakan perilaku sosiopatik dan sikap apatis yang tidak menyadari bahwa
manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup
sendiri. Untuk mengatasi kegelisahan yang dialami manusia, cara yang
paling ampuh adalah kita dituntut untuk bersifat qana’ah (berpikir positif)
kembalikan semuanya kepada Allah SWT dan selalu mengingat Dia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar